Thursday, March 10, 2016

Perbanyak Puji Hindari Caci

Sahabat


Mungkin sulit memaknai judul diatas karena sebenarnya kalimat tersebut hanyalah satu peringatan untuk pribadi saya dalam setiap tindak tanduk saat berinteraksi dengan individu lain baik dirumah, dilingkungan maupun di tempat kerja dan sebenarnya judul diatas bukanlah satu kalimat melainkan dua kalimat, yang pertama Perbanyak Puji yang bermakna berikan pujian saat bertemu sesama dan yang kedua Hindari Sakit Hati yang bermakna hindari tingkah laku dan perkataan yang akan membuat insan lain sakit hati

Agak unik tapi sangat bermanfaat sehingga siapapun akan merasa nyaman saat berinteraksi karena sadar tidak sadar manusia cenderung mendamba pujian dari insan lain.

Sering kita jumpai dalam satu komunitas yang mengekspos satu kekurangan fisik seseorang sebagai bahan ketawa ketiwi dalam canda sehari-hari seperti "item" karena berkulit hitam, "endut" atau bunda (buntalan daging) karena berbadan gemuk, "jawa" karena sulit melepaskan dialek kejawaannya, ambon karena berkulit hitam dan berambut keriting yang tentunya memang membuat suasana dikomunitas tersebut menjadi meriah dan terlihat akrab tapi pernahkah kita meninjau lebih jauh apakah si individu yang saat itu menjadi object benar-benar tulus menjadi bahan tertawaan karena kekurangannya? atau yang lebih ekstrim jika satu saat ada perbedaan pendapat, hal yang terlihat biasa ini sumber konflik racism?

Mari kita kaji dari pengalaman saya yang sejak 2006 ditempatkan di HR Operation yang otomatis banyak berinteraksi dengan hampir semua karyawan diperusahaan tempat saya bekerja

Siang itu saya janjian dengan seorang sahabat dari divisi lain sebut saja HW untuk barengan makan siang dan saat di lobby terdengar seseorang memanggil nama "Pak Buluk mau kemana" ? dan tak disangka HW yang setau saya memang sering dipanggil Buluk saat itu meluap amarahnya dan mencaci maki si pemanggil yang notabene adalah seorang OB (Office Boy)

Simak perdebatan kedua karyawan ini

OB                          : Mau kemana Pak Buluk ?
HW                         : Ehhhhhhhhh siapa lu manggil gua buluk?
OB                          : Lah bukannya panggilan bapak itu pak buluk?
OB                          : ehhhhhhh nyolot juga ni gua hajar juga ni anak

dan perdebatan ini berlanjut dengan segala caci maki hingga hampir saja HW lepas kendali akan memukul si OB. beruntung saat itu saya bisa melerai keduanya

Satu lagi kejadian disaat makan siang dengan seorang sahabat sebut saja ES yang beketurunan Batak tetapi akrab dipanggil Ambon karena secara fisik mirip dengan saudara kita di bagian timur dengan ciri khas berkulit gelap dan rambut keriting dan ternyata beliau sebenarnya sangat tidak nyaman (sedikit minder) dengan candaan itu karena pertama sebagai orang batak dia merasa beda dan yang lebih utama beliau ini merasa tidak enak dengan saudara-saudara Ambon dijadikan sarana canda dengan kulit gelap dan rambut keritingnya

So .... banyak contoh kejadian seperti diatas terjadi dilingkungan kantor dan hampir semua permasalahan timbul saat sapaan yang mengekspos kekurangan fisik si individu berasal dari individu lain yang secara strata berada dibawah

So ... ada beberapa pertanyaan yang timbul dari kejadian yang terjadi seperti :
  1. Bahagiakah seseorang menjadi object canda dari sisi kekurangannya?
  2. Jika terlihat bahagia apakah memang itu dari sisi ketulusannya atau karena faktor X seperti kebaradaan sebagai bawahan atau rekan setara yang mungkin dianggap punya sisi lebih dilingkungannya?
  3. Sadarkah saya jika saya melakukan hal itu secara tidak langsung men judge kekurangan seseorang sebagai kekurangan yang sesungguhnya?
  4. Siapkah saya menjadi object yang sama jika satu saat berada dilingkungan yang segalanya lebih dari saya?
Ketiga pertanyaan tersebut yang mendasari kalimat "Perbanyak Puji Hindari Sakit Hati" sebagai warning tindak tanduk saya sehari-hari dan percayalah jika diterapkan akan semakin banyak yang tulus bersahabat dengan kita dan jika semakin banyak pujian akan semakin banyak sapaan bersahabat dimanapun kita berada

Wanna try it ?
Noted
Bayangkan ... seorang terlahir berkulit hitam, gendut, pincang, cebol (tidak tinggi), tonggos, tidak kawin dsb dan kita tau memang itu kekurangan tapi kita jadikan bahan canda dan tertawa terbahak-bahak. bijak kah kita? tidakkah lebih baik kita berikan pujian dan berikan semangat dengan mengekspos sisi lebihnya?


Salam


No comments:

Post a Comment